WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK ANGKAT MENURUT IMAM MADZHAB DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Isi Artikel Utama
Hukum Islam adalah system hukum yang sempurna, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah kenegaraan sampai masalah individu dan keluarga. Dalam masalah keluarga telah diatur secara rinci mengenai pembagian harta warisan, setiap anggota keluarga yang menjadi ahli waris telah ditetapkan bagian-bagiannya. Namun tidak semua keluarga dikaruniai anak, maka sebagian pasangan suami istri mengambil seorang anak untuk dijadikan anak angkat. Bagaimanakah kedudukan anak angkat dalam hukum Islam. Dan apakah ia mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya. Secara nash syar’i yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan secara eksplisit mengenai harta warisan bagi anak angkat, namun secara implicit semangat Islam senantiasa melindungi setiap anak yang masih membutuhkan perlindungan dan pengasuhan. Oleh karena itu para ahli hukum Islam telah merumuskan adanya wasiat wajibah bagi anak angkat. Wasat wajibah adalah wasiat yang ditetapkan oleh seorang imam (kepala Negara) bagi harta warisan dari seseorang yang memiliki anak angkat yang masih memerlukan pengasuhan. Besarnya wasiat wajibah sebagaimana wasiat secara umum yaitu tidak boleh lebih dari 1/3 dari keseluruhan harta warisan. Beberapa syarat yang berkaitan dengan pelaksanakan wasiat wajibah adalah bahwa anak angkat tersebut masih membutuhkan biaya untuk kebutuhan sehari-harinya.
Abdullah bin Abdur-rahman Al-Bassam, Taudhihul Ahkam fi syarh Bulughul Maram Juz IV, cet: III, Maktabah Nahdhah Al-Hadits, Makkah, KSA. 1997
Abdul Halim ‘Uwais, Fiqih Statis dan Fiqih Dinamis, Pustaka Hidayah, Bandung. 1998
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indoensia, Akademika Pressindo, Jakarta 2004
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dy, Taisir Karim Ar-Rahman fi tafsir Kalam Al-Manan, Jum’iyah Ihya At-Turats Al-Islamy, Kuwait. 2000
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ala Madzahibul Arba’ah Juz III. Darul Ihya At-Turats Al-Araby, Beirut. 1997
Abu Al-Fida’ Ismail bin Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim Jil. I, Maktabah Darus Salam, Riyadh. 1994
Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Al-Umm, Juz IV, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut. 1993
Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm Adz-Dzahiry, Al-Muhalla’, Darul Afaq Al-Jadidah, Beirut Libanon. Tt.
A. Hassan, Al-fara’id Ilmu Pembagian waris, Cet. XV. Pustaka Progressif, Surabaya. 2003.
A.Hassan ( Penerjemah), Bulughul Maram min Adilatil Ahkam li Ibni Hajar Al-Asqolani. Diponegoro, Bangil Jawa Timur. 1991
Anonimus, Mausu’ah Al-Fiqhiyah Jil. XXXV, Wizarah Al-Auqaf wa Syu’un Al-Islamiyah, Kuwait, 1995
Ali Asy-Syobuny. H. Zaid Husain Al-Hamid (Penerjemah), Ilmu Hukum Waris. Mutiara Ilmu, Surabaya.
Ahmad bin Ali Bin Hajar Al-Asqolaniy, Fathul Bary Syarh Shahih Al-Bukhory Juz V, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut Libanon. 1989.
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris. PT. Raja Grafindo, Jakarta. 1999.
As-San’any, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, Juz III cet : I. Jum’iyah Ihyau Turots Al-Islamy Kuwait. 1997
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia, Pustaka Progresif, Surabaya. 1997.
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, cet . III. Logos Wacana Ilmu, Jakarta. 1999
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, cet: II. PT Al-Ma’arif, Bandung. 1981.
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut Qur’an dan Hadits, cet. III. Tintamas, Jakarta. 1964
Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘ArabJuz XII, Darul Ihaya At-Turats Al-‘Araby, Beirut Libanon, 1999.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, Al-Mughni Juz VII. Darul Alam Al-Kutub, Saudi Arabia. 1999.
Idris Ramulya, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan KUH Perdata. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. 2004
M. Budiarto, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum. Akapress, Jakarta. 1991.
Malik bin Anas, Al-Muwatho’, Jum’iyah Ihya At-Turats Al-Islamy, Kuwait. 1998.
Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukany, Nailul Authar Juz IV, Darul Kalam Ath-Thayib, Damaskus. 1999.
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz III, cet. VIII, Darul Kutub Al-Araby, Beirut. 1987
Teungku M. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris. PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang.
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adilatuhu, Juz VIII, 1984.